Rabu, 27 Juni 2012

Struktur Geologi Daerah Ngawi

Analisis Struktur Geologi Daerah Ngawi

Penelitian ini dilatar belakangi oleh Kondisi geologi menarik. Termasuk dalam zona pegunungan kendeng, yang paling khas mewakili pola struktur jawa di Jawa Timur.mengaplikasi disiplin ilmu Geologi Struktur.

Lokasi penelitian tepatnya berada pada utara kota ngawi, yang bagian utaranya merupakan perbatasan antara kab ngawi(jawa timur) dengan kab blora (jawa tengah). secara geografis dibatasi oleh koordinat:
111° 22’ 04” BT – 111° 28’ 01” BT
07° 18’ 09” LS –  07° 23’ 33” LS



Fisiografi
Berdasarkan pembagian fisiografi yang bibuat oleh Van Bemmelen, 1949.daerah penelitaian termasuk kedalam Zona kendeng/pengunungan kendeng dimana zona ini merupakan zona antiklinorium yang berarah barat-timur.



Stratigrafi
Daerah penelitian termasuk kedalam peta geologi lembar Ngawi  yang dipetakan oleh (M.Datun dkk, 1996)

 



HASIL PENELITIAN

Penyebaran litologi
Daerah penelitian dibagi kedalam lima satuan batuan, yang dikelompokan berdasarkan litostratigrafi.



 Analisis lansat dan topografi
Analisi ini menunjukan adannya sejumlah kelurusan dari adanya punggungan/tinggian, lembah/rendahan dan sungai, yang mana keberadanya diperkirakan sebagai indikasi dari keberadaan struktur geologi.


 

  

Struktur geologi daerah penelitian

KEKAR
Dari hasil pengambilan data lapangan didapat beberapa lokasi pengukuran kekar, dimana penentuan lokasi sendiri berdasarkan keberadaan interpertasi keluarusan lansat yang telah dilakukan pada tahapan awal. Dari pengamatan lapangan kekar yang berkembang didaerah penelitian secara genetik termasuk kedalam kekar gerus (shear Joint), yang terbentuk akibat adanya gaya kompresi. Dari data kekar ini juga dilakukan proses analisi dengan memproyeksikan  kedalam stereogram dan rosset diagram, dari analisis dapat disimpulkan bahwa kekar di daerah penelitian berkembang secara abstrak atau memiliki pola yang berbeda – beda setiap lokasi pengamatan.




LIPATAN
Lipatan secara intensif terjadi pada satuan batupasir dan satuan batulempung. Berdasarkan rekontruksi pola jurus perlapisan batuan memperlihatkan kecendrungan arah umum dari sumbu lipatan relatif Barat-Timur. didaerah penelitian terdapat 9 jalur lipatan.

Dilihat dari unsur geometri setiap jalur lipatan terhadap lipatan lainya, maka antara jalur lipatan satu terhadap lipatan lainya dianggap memiliki suatu kesamaan karakter, yang membentuk suatu  sistem lipatan didaerah penelitian, jalur – jalur lipatan di bagian utara mempunyai hubungan lipatan  yang lebih rapat dibandingkan di bagian tengah daerah penelitian.  Berdasarkan kesamaan karakter geometri dan jalur lipatan, maka dapat disimpulakan lipatan–lipatan didaerah penelitian berasal dari suatu generasi deformasi dan periode tektonik yang sama.

Berdasarkan arah jalur lipatan yang  relatif Barat - Timur dapat disimpulkan bahwa, tegasan yang membentuk lipatan di daerah penelitian bersifat kompersi dengan orientasi relatif  Utara - Selatan tepatnya N 0100E - N 1900E

 

Dalam mengklasifikasi lipatan digunkan klasifikasi lipatan yang dibuat oleh Fleuty, 1964. dimana kalifikasi ini berdasarkan dari sudut interlimb dan plunge.



SESAR
Rekontruksi struktur sesar merupakan hasil dari pengukuran dan analisis data struktur geologi di lapangan dan di studio, didasarkan pada penafsiran kelurusan citra lansat, kedudukan lapisan yang tidak normal, cermin sesar (slicken side), seretan sesar (drag), pergeseran (offset litologi), kekar, ataupun petunjuk-petunjukan lain. Indikasi-indikasi sesar tersebut untuk menentukan gerak relatif dari sesar yang selanjutnya digunakan untuk mengetahui tafsiran mengenai tektonik daerah penelitian.

Berdasarkan indikasi - indikasi sesar yang ditemui di lapangan, maka disimpulkan terdapat empat struktur sesar yang berkembang di lapangan, yaitu:
1.    Sesar Kalikangkung
2.    Sesar Kalangan
3.    Sesar Nglebak
4.    Sesar Dumplengan






Dalam mengklasifikasikan sesar daerah penelitian digunakan klasifikasi sesar yang dibuat oleh Rickard, 1972




Sesar kalikangkung






 Sesar kalangan




 Sesar Nglebak




Sasar Dumplengan 









Tinjauan Tektonik Daerah Penelitian
Pola struktur yang terjadi di daerah penelitian sangatlah erat hubungannya dengan tektonik yang terjadi secara regional, dimana kepulauan Indonesia berada pada titik pertemuan antara lempeng Eurasia dengan lempeng Samudra Hindia di barat dan lempeng Australia dengan lempeng Samudra fasifik di timur. Interaksi dari lempeng ini telah menghasilakan suatu tatanan geologi yang rumit untuk wilayah kepulauan Indonesia.
Daerah penelitian sendiri merupakan bagian dari pulau jawa yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan gerak lempeng samudera Hindia yang memiliki vektor dengan arah N100E - N200E sedangkan lempeng Eurasia berarah N2460E. (Asikin,1976). Kedua gaya tersebut bekerja dalam arah yang berlawanan sehingga membentuk gaya kompresi resultan pada arah N140E (Situmorang,1975) yang mengakibatkan di Pulau Jawa terbentuk perlipatan dan pensesaran.






Srtuktur pada pulau jawa telah banyak dipelajari oleh para peneliti terdahulu, dimana pulau jawa menunjukan tiga pola struktur penting, yaitu: Pola Meratus (Timur Laut–Baratdaya), Pola Sunda (Utara–Selatan) dan Pola Jawa (Barat–Timur), ketiga pola struktur ini terlihat saling memotong.

Daerah penelitian yang termasuk dalam zona kendeng (Van Bemmelen,1949) juga sering disebut Pegunungan Kendeng dianggap mewakili Pola Jawa yang paling khsa pada daerah Jawa Timur. Pola ini bearah Barat–Timur yang umumnya diwakili oleh sesar–sesar naik yang beranjak ke utara atau timur laut (Soejono,1989).

Struktur geologi yang terjadi didaerah penelitian terjadi pada kala Pliosen – Plistosen. Hal ini didasarkan pada kajian stratigrafi batuan atau satuan batuan yang menyusun daerah ini dan telah mengalami deformasi, yaitu pada satuan batu pasir dan batu lempung yang berumur berkisar pada miosen akhir – pliosen.
Apabila dilihat dari keseragaman arah tegasan maksimum dari struktur-strukur yang ada di daerah penelitian, dari tegasan utama lipatan yang berarah relatif  Utara – Selatan N100E- N1900E yang menyebabkan terbentuknya lipatan dan sesar didaerah penelitian. Untuk mengetahui pembentukan sistem lipatan dan sesar daerah penelitian dapat mengacu pada Moddy & Hill (1956) yang menjelaskan  urutan terbentuknya struktur geologi antara lain sebagai berikut:
1.    Gaya kompresi akan membentuk suatu lipatan dengan kemiringan perlapisan yang bervariasi, tergantung dari sifat plastisitas massa batuan tersebut.
2.    Apabila gaya tektonik terus menekan sehingga batas plastisitas batuan terlampaui, maka akan terbentuk rekahan–rekahan yang disusul oleh sesar naik dan sesar mendatar (sinistral dan dekstral)
3.    Gaya tektonik yang masih terus bekerja akan menyebabkan dominannya gaya vertikal dan akan timbul sesar normal sebagai penyeimbang.
Berdasarkan tahapan proses yang dikemukakan oleh Moody & Hill (1956), maka disimpulkan deformasi pada daerah penelitian dapat dibagai menjadi tiga fase, yaitu :
•    Fase pertama berupa perlipatan yang mengakibatkan terbentuknya lipatan antiklin dan sinklin yang memiliki arah umum Barat – Timur sampai Barat Baratlaut – Timur Tenggara.
•    Fase kedua berupa pensesaran, akibat telah berubahnya deformasi ductile menjadi deformasi brittle karena batuan telah melampaui batas plastisitasnya. Hal ini menyebabkan terbentuknya sesar naik Kalikangkung dan  Kalangan.
•    Fase ketiga berupa pergeseran, akibat interaksi friksi atau sudut geser dalam batuan yang mengakibatkan terjadinya sesar-sesar geser berarah relatif Bartalaut-Tenggara yakni, sesar mendatar Nglebak dan Dumplengan.

Dari pembahasan diatas, dilihat dari keseragaman tegasan utama daerah penelitian diketahui bahwa sesar dan lipatan yang terjadi didaerah penelitian bersal dari satu tegasan utama yang sama dengan arah relatif Utara – Selatan yang bersifat regional selaras dengan arah lipatan umum Pulau Jawa, dengan kata lain bahwa lipatan dan sesar yang terdapat di daerah penelitian terjadi dalam satu perode tektonik.








note: penelitian ini dilakukan pada bulan maret-agustus 2009 yang melewati berbagai kesusahan, dalam penyelesainnya saya dibantu oleh lurah beserta keluarga dan warga desa dumplengan, yang merukan suatu desa dilokasi daerah penelitian yang sangat ramah dan baik, selain itu banyak sekali bantuan teman-teman satu perjuangan angkatan 05 FTG UNPAD yang sangat membantu dalam penyelesaian penelitian ini. 
saya sangat bersyukur pada akhirnya saya dapat menyelasaikan penelitian ini hingga saya dapat menjadi seorang sarjana yang merupakan sebagian kecil harapan dari orang tua, semua yang dilakukan saya persebahkan sepenuhnya kepada kedua orang tua saya, Mama dan Bapak serta Abang  yang memberi semangat kepada saya untuk kuliah ditanah jawa... 

 .......terimakasaih semua.... I LOVE U FULL



Selasa, 13 Maret 2012


Prasejarah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.

Daftar isi

 [sembunyikan

[sunting] Periodisasi

[sunting] Arkeologi

[sunting] Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:
[sunting] Zaman Batu Tua
Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu bercocok tanam.
Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu:
  1. Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus)
  2. Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis)
Alat-alat yang dihasilkan antara lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)
[sunting] Zaman Batu Tengah
1. Ciri zaman Mesolithikum:
a. Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
b. Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih merupakan alat-alat batu kasar.
c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger (sampah dapur)
c. Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah.
d. Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.
e. Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang.
2. Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum:
a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger)
b. Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang)
c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche)
3. Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua--Melanosoid
[sunting] Zaman Batu Muda
Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain:
  1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan,
  2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa,
  3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa,
  4. Pakaian dari kulit kayu
  5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda)
Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)
[sunting] Zaman Batu Besar
Zaman ini disebut juga sebagai zaman megalithikum. Hasil kebudayaan Megalithikum, antara lain: 1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat 5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibuka-tutup 6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka

[sunting] Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
Zaman Perunggu
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :
a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
b. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
c. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat)
Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
a. Mata Kapak bertungkai kayu
b. Mata Pisau
c. Mata Sabit
d. Mata Pedang
e. Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur)
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalitikum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman logam.

[sunting] Era Prasejarah Di Indonesia

[sunting] Bacaan rujukan

  • Sumarno, dkk. Sejarah Budaya 3A, Yudhistira, 1997.

[sunting] Lihat pula


Jumat, 03 Februari 2012

cara mengobati nyeri haid

Tidak sedikit para wanita merasakan nyeri pada saat haid, bahkan ada yang sampai jatuh pingsan karena rasa nyeri yang sangat hebat dirasakannnya. Anda harus waspada terhadap nyeri haid yang sangat hebat atau berat, apalagi jika berat badan anda menurun meski tidak melakukan diet dan nafsu makan anda menghilang. Menurut penelitian itu merupakan gejala-gejala kanker ovarium.
Nyeri haid bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu gejala. Istilah dismenorea biasa dipakai untuk nyeri haid yang cukup berat dimana penderita mengobati sendiri dengan analgesik atau sampai memeriksakan diri ke dokter.
Dismenorea berat adalah nyeri haid yang disertai mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, dan (terkadang) pingsan. Salah satu penyebab terjadinya nyeri haid yang sangat berat karena Endometriosis.
Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda untuk mengatasi nyeri saat haid :
1. Kompreslah bagian yang dirasakan sakit dengati menggunakan botol berisi air hangar.
2. Usap-usap secara perlahan bagian perut ataupun pinggang.
3. Minumlah minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi.
4. Tarik napas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi.
5. Ambil posisi menungging sehingga rahim tergan­tung ke bawah. Hal tersebut dapat membantu relaksasi.
6. Jika Anda memilih menggunakan obat sebagai penetral rasa sakit, maka gunakanlah obat-obatan dengan pengawasan dokter. Boleh minum analgesik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual di toko obat, asalkan dosisnya tidak lebih dari 3 kali sehari.
7. Mandi air hangar, boleh juga menggunakan aroma terapi untuk menenangkan diri.
8. Suhu panas merupakan ramuan tua yang patut dicoba. Gunakan heating (bantal pemanas), kompres handuk, atau botol berisi air panas, di perut dan punggung bawah, serta minumlah minuman hangat. Mandi air hangat juga dapat membantu menghilangkan rasa nyeri.
9. Tidurlah yang cukup serta olahraga teratur (termasuk banyak jalan). Beberapa wanita dapat mengurangi rasa nyeri dengan berolahraga. Selain mengurangi stres, olahraga juga dapat meningkatkan produksi endorfin otak, penawar rasa sakit alami dalam tubuh. Tidak ada pembatasan aktivitas olahraga selama haid.
10. Pada kasus yang sangat jarang dan ekstrem, kadang diperlukan eksisi pada saraf uterus.
11. Sebuah terapi alter­natif, yaitu visuali­sasi, dapat memban­tu mengurangi nyeri haid.
12. Sebagai tambahan, aroma terapi dan pemijatan juga dapat mengurangi rasa ti­dak nyaman. Pijatan yang ringan dan melingkar dengan menggunakan telunjuk pada perut bagian bawah akan membantu mengurangi nyeri haid. Mendengarkan musik, membaca buku atau menonton film juga dapat menolong anda yang mengalami nyeri saat haid.
Cara Alami Mengobati Nyeri Haid
Jika tips di atas telah anda coba tetapi masih saja rasa nyeri haid itu tidak hilang, saat ini ada cara mengobati nyeri haid yang sangat aman, tradisional dan mujarab yaitu dengan jus kulit manggis Xamthone Plus. Dengan mengkonsumsi Xamthone Plus dengan dosis yang tepat dan secara teratur insya alloh nyeri haid anda akan hilang dan tidak kambuh lagi. klik disini untuk pemesanan
Banyak manfaat Xamthone Plus untuk kesehatan, termasuk untuk kesehatan wanita. Berikut merupakan manfaat Xamthone Plus untuk kesehatan wanita :
  • Meringankan kesulitan buang air kecil.
  • Sebagai obat pencuci perut yang lembut.
  • Meminimalkan gejala sakit sebelum menstruasi (PMS).
  • Meringankan gejala menopause.
  • Menurunkan pembengkakan saat menstruasi.
  • Meringkan sakit pada otot, ligamen, atau tendon (fibromyalgia).
  • Meringankan sakit akibat penyakit menurunnya kepadatan tulang/pengapuran tulang (osteoporosis).
Bagi anda yang kini mengalami keluhan nyeri saat haid, jangan sungkan-sungkan segeralah lakukan cara mengobati nyeri haid anda dengan Xamthone Plus yang aman untuk di konsumsi dan tanpa ada efek samping serta rasakanlah sendiri kahasiat dari obat tradisional Xamthone Plus.

Sabtu, 21 Januari 2012

Geologi Pulau Jawa


A.   KONSEP DASAR PULAU JAWA

Menurut para ahli bumi, batuan dasar (atau dikenal dengan nama Basement) di Pulau Jawa terbentuk antara tahun 70-35 juta tahun sebelum masehi. Batuan ini tersusun oleh batuan malihan (matamorfik), serta batuan beku. Ahli geologi ini sudah lama meneliti Pulau Jawa dan tidak pernah menemukan batuan yg berumur lebih tua dari 50juta tahun lalu.
Jawa Barat usia batuan dasarnya lebih tua dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, mengapa ? Karena basement (batuan dasar) di Jawa Timur tebentuk pada tahap-tahap akhir setelah ditubruk lempeng Australia dan numpuk-numpuk membentuk basement di Jawa Timur.
Pada 20 juta tahun sebelum masehi, zona tubrukan lempeng Australia dengan lempeng Asia terkunci dan menyebabkan menunjamnya lempeng Australia dibawah lempeng Asia. Penunjaman ini yg berlangsung hingga sekarang dan menyebabkan munculnya gunung-gunung api disebelah barat Pulau Sumatra dan juga sebelah selatan Pulau Jawa.
Pada waktu itu Jawa Tengah dan Jawa Timur berupa lautan karena kalau dilihat di selatan Pulau Jawa banyak dijumpai gunung gamping. Gamping itu dulunya terumbu karang yang hidup dan adanya di laut. Kalau sekarang contohnya ya Pulau Seribu itu atau kalau yang besar Great Barier di sebelah timut Australia. Dengan logika yang sederhana seperti itulah maka ahli kebumian ini tahu bahwa pegunungan selatan Jawa, termasuk Batugamping di Wonosari itu, dahulunya adalah lautan.
Lima juta tahun yang lalu konfigurasi serta bentuk pulau-pulau di Indonesia sudah mirip dengan yang ada saat ini. Pulau Jawa dan pulau Sumatra sudah “ditumbuhi” gunung-gunung api yg masih aktif hingga saat ini. Termasuk Gunung Merapi yang sangat aktif kemaren itu. Patahan-patahan di sumatra masih saja bergerak, juga saat itu patahan-patahan Jawa mulai terbentuk dan semakin jelas.
Dibawah ini bisa lihat patahan-patahan di Jawa saat ini..!!!

Patahan di Jakarta, juga patahan Opak, Patahan Grindulu, Patahan Cimandiri, dan juga patahan-patahan kecil lainnya. Yang digariskan warna merah adalah patahan hingga ke batuan dasar, sedangkan yang warna hijau adalah patahan yang terlihat dipermukaan saat ini.



B.     GEOLOGI DAN GEOFISIKA BANTEN



Definisi geologi dan geofisika propinsi banten adalah sbb :
  • Di daerah Selat Sunda terdapat ujung dari patahan atau Sesar Sumatra (Semangko) yang merupakan sesar geser aktif sepanjang 1650 km dengan pergerakan lateral antara 20 – 25 km dan percepatan horizontal 6 cm/th.
  • Karakter geologi & geofisika Prop.Banten, sbb :
    • Terdapat beberapa gunung berapi diantaranya G.Anak Krakatau dan G Condong
    • Terdapat mata air panas di sekitar Rawa Danau
    • Terdapat beberapapatahan atau sesar
    • Mempunyai tingkat kegempaan tinggi
  • Jenis batuan yang ada digolongkan dalam batuan undifferentiated volcanis product, pliocene-sedimentary, alluvium, miocene-volcanic facies, pleistocene-sedimentary facies, andesit.

C.   GEOLOGI DAN GEOFISIKA JAWA TIMUR


Penelitian Geofisika dengan metode Gayaberat telah dilakukan di daerah Cekungan Jawa Timur bagian utara yang meliputi wilayah Bojonegoro dan Tuban. Pengukuran data gayaberat sebanyak 270 titik ukur diperoleh pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 pengukuran sebanyak 180 titik. Dari data tersebut telah dibuat peta kontur Bouguer anomali. Dari peta anomali Bouguer ini dapat dikelompokkan tiga kelompok anomali, yaitu :
1.      Kelompok anomali rendah 38 mGal dijumpai di bagian utara daerah penelitian di sekitar daerah Tuban.
2.      Kelompok anomali tinggi dijumpai berarah Timur- barat dan membelok ke arah Baratlaut- tenggara (E-W-NW).
3.      Kelompok anomali sisa diperoleh dengan metoda polinomial dari orde 1 hingga orde 4 yang memperlihatkan adanya konsistensi kelurusan struktur dengan arah Barat-Timur yang melewati Tuban dan diduga merupakan sesar normal yang berkembang menjadi Sesar geser mengiri pada daerah inverted zone yang kemungkinan berhubungan dengan RMKS fault Zone.

Berdasarkan peta anomali sisa dan Bouguer anomali rendah pola kontur yang melingkar dijumpai di daerah Soka hingga Babat dan Senon wilayah Bojonegoro ini diduga cerminan dari batuan sedimen yang cukup tebal dan berdensitas rendah. Anomali sedang dijumpai menyebar di daerah penelitian. Dari daerah montong ke arah baratdaya dijumpai anomali sedang yang berbentuk nose structure yang berada diantara anomali rendah. Dalam kontek aliran fluida, pola anomali Bouguer yang berbentuk demikian kemungkinan dapat merupakan tempat akumulasinya fluida secara konvengen.
Berdasarkan data regional (geologi dan gayaberat) daerah kajian berada dalam anomali Bouguer positif dan pola nose structure tersebut berada di atas F. Tawun-F. Ngrayong yang mempunyai sejarah erosi yang panjang, diduga di bawah daerah ini masih dijumpai satuan batuan Formasi Kujung (Prupuh chalk dan Kranji mudstone).
Daerah penelitian meliputi wilayah Propinsi Jawa Tengah bagian timur dan Jawa Timur. Di Jawa Tengah penelitian lapangan batuan paleogen dan batuandasar Pra-Tersier dilakukan di daerah karangsambung, Nanggulan, dan Bayat (Kabupaten Klaten), sedangkan di Jawa Timur penelitian batuan Paleogen dan batuan dasar Pra-Tersier didasarkan pada data sumur dan data seismik. Daerah Jawa bagian timur dipilih sebagai daerah penelitian karena keunikannnya sebagai tempat terjadinya perubahan zona subduksi Neogen yang berarah timur-barat. Penelitian ini menghasilkan peta geologi dan stratigrafi baru daerah Karangsambung. Stratigrafi baru ini memunculkan tiga satuan batuan baru.


Hasil penemuan penelitian ini, yang diusulkan sebagai :
  • "Formasi Bulukuning" - berumur Eosen Awal,
  • "Komplek Larangan" - berumur Eosen Akhir, dan
  • "Anggota Breksi Mondo Formasi Totogan" - berumur Oligosen.

Ketiga satuan baru ini oleh peneliti terdahulu depetakan sebagai bagian dari Komplek Malange Luk Ulo.
Hadirnya Formasi Bulukuning yang berumur Eosen Awal menunjukkan bahwa pada saat formasi ini diendapkan proses subduksi komplek Malange Luk Ulo sudah tidak aktif dan bagian utaranya berubah menjadi cekungan laut dangkal dimana Formasi Bulukuning diendapkan, sementara di bagian yang lain, di bagian selatan, masih terdapat daerah bekas palung subduksi kapur yang berupa cekungan sempit dan dalam dimana Formasi Karangsambung dan komplek Larangan diendapkan. Kenampakan terdeformasi Komplek Larangan, Formasi Karangsambung, dan Formasi Bulukuning menunjukkan bahwa setelah pengendapan Formasi Karangsambung dan komplek Larangan di daerah Luk Ulo terjadi deformasi kompresional yang cukup signifikan pada Eosen Akhir-Oligosen Awal.
Hasil penelitian menunjukkan himpunan batuan Pra-Tersier Komplek bayat berbeda dengan Komplek Melange Luk Ulo, Karangsambung. Batuan Pra-Tersier Luk Ulo, merupakan Malange tektonik komplek akresi, produk khas subduksi lempeng samudera yang dicirikan oleh percampuran tektonik berbagai ukuran dan jenis blok batuan dalam masadasar lempung dan mengandung komponen oceanic plate stratigraphy (OPS).
Singkapan Komplek Bayat didominasi oleh batuan metamorf derajat rendah-menengah berupa filit dan sekis dengan komposisi kalsit antara 15-60% (calcareous phyllite dan calcareous schist). tidak dijumpainya himpunan batuan OPS dan terdapatnya calcareous phyllite dan calcareous schist menunjukkan batuan asal (protolit). Komplek bayat adalah batuan sedimen yang mengandung karbonat yang berasosiasi dengan batuan sedimen terigen (asal darat) yang berasosiasi dengan lingkungan kontinen.
Provenan batupasir daerah Luk Ulo, Karangsambung umumnya berada di recycled oregen, sub-zona foreland unplift. Sedangkan batupasir Eosen dari ketiga daerah lainnya (Nanggulan, Bayat, dan Cekungan Jawa Timur) menunjukkan kemiripan provenan, yakni di continental block, sub-zona craton interior. Hasil analisis ini, menunjukkan bahwa batuan dasar daerah karangsambung berbeda dibandingkan batuan dasar ketiga daerah tersebut, hasil ini mendukung pendapat bahwa Jawa bagian Timur batuan dasarnya bersifat kontinental dan disebut mikrokontinen Jawa Timur.
Evolusi tektonik daerah penelitian sejak kapur hingga Oligosen (Paleogen Akhir) dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu :
·         Periode pertama, berlangsung pada Kapur akhir sampai Paleosen ketika subduksi Lempeng Samudera Indo-Australia pada zona subduksi Ciletuh-Karangsambung-Meratus berhenti karena tumbukan Mikrokontinen Pasternoster, belum menumbuk dan di depannya masih terdapat sisa morfologi palung di daerah Karangsambung. Periode ini ditandai dengan terjadinya pengangkatan pada Paleosen yang membentuk ketidakselarasan regional antara batuan Pra-Tersier dengan batuan Tersier.
·         Periode kedua, berlangsung pada Eosen adalah periode regangan ditandai oleh pembentukkan cekungan-cekungan Paleogen. Di daerah penelitian cekungan terbentuk di daerah komplek akresi dan di bekas palung yang menghasilkan endapan olistostrom Formasi Karangsambung dan komplek Larangan. Di daerah tepi selatan Mikrokontinen Jawa Timur berkembang Cekungan Nanggulan dan Bayat.
·         Periode ketiga, terjadi pada Oligosen, ketika di daerah Luk Ulo Formasi Karangsambung dan Komplek Larangan terdeformasi akibat tumbukan Mikrokontinen Jawa Timur. Disamping mengakibatkan gejala tumbukan di daerah Luk Ulo, secara regional subduksi ini menghasilkan busur volkanik Oligosen yang membentuk sebagain besar morfologi Pegunungan Selatan jawa.

D.   GEOLOGI DAN GEOFISIKA JAWA BARAT


Jawa Barat merupakan daerah yang lebih sering dan lebih banyak mengalami gangguan longsor jika dibandingkan dengan daerah Jawa yang lain. Gangguan tersebut menjadi terasa sekali akibatnya karena adanya unsur manusia dengan kegiatannya yang terkena oleh gerakan longsor atau longsoran, seperti jiwa manusia, rumah, jalan raya dan jalan kereta api, sawah dan ladang, peternakan, saluran irigasi dan sebagainya. Macam-macam longsoran telah terjadi tetapi kelompok longsoran yang terbanyak adalah lawina bahan rombakan (debris avalanche), luncuran bahan rombakan (debris slide), dan nendat (slump); kemudian menyusul aliran tanah (earth flow), aliran lumpur (mud flow), pengocoran pasir (sand run), dan gelinciran bongkah (block glide).
Dalam lawina bahan rombakan (debris avalanche), peluncuran bahan rombakan (debris slide), aliran tanah (earth flow), dan aliran lumpur (mud flow) terdapat pengaruh yang besar dari tanah pelapukan dan hasil rombakan.rnDaerah longsoran yang dikelompokkan atas dasar kondisi geologi dan proses yang mempengaruhi dapat digolongkan atas :
a.       Daerah longsoran yang terjadi karena adanya perbedaan permeabilitas dan konsistenst batuan penutup dengan batuan dasarnya; umumnya terdapat pada batas antara batuan tuf gunungapi muda dengan batuan sedimen Tersier.
b.      Daerah longsoran pada endapan sedimen Tersier yang kurang konsisten, dan terlipat kuat; umumnya pada jalur Bogor.
c.       Daerah longsoran pada endapan sedimen marin yang terangkat atau terlipat kuat-kuat; umumnya pada jalur Pegunangan Selatan Jawa Barat.
d.      Lain-lain Pengaruh sesar longsoran yang tampak adalah pada breksi milonit, yang dapat dipersamakan sifatnya dengan bahan rombakan sehingga dapat menyebabkan kelabilan tanah.

Pengaruh gempa tektonik dan volkanik terhadap longsoran kurang menunjukkan adanya hubungan yang nyata meskipun hal tersebut sangat masuk akal.
Longsoran dipengaruhi pula oleh factor :
·         Ketajaman sudut lereng
·         Curah hujan
·         Aliran air
·         Vegetasi
·         Hasil kegiatan manusia seperti penggalian dan sebagainya yang memperbesar sudut setempat.

Interpretasi kestabilan wilayah terhadap longsor dibuat berdasarkan peta sudut lereng, keadaan geologi, dan intensitas terjadinya gerakan. Wilayah kestabilan dibagi dalam :
1)      Daerah stabil,
2)      Daerah mungkin bergerak, dan
3)      Daerah labil.

Peta ini dapat dibuat dalam peta daerah contoh berskala 1:25000, sedangkan pada peta berskala 1:1000000 hanya dapat ditunjukkan pengelompokan daerah longsor menurut ciri-ciri dan macam longsorannya.

Sumber : Google.com